Uncategorized

Gaya Hidup Minimalis, Gaya Hidup Tren Masa Kini, yang Lebih Sesuai Ajaran Islam, Membuat Hidup Bahagia

IMG_20190408_112205-01Yeay! Akhirnya saya menulis di blog ini lagi setelah 10 tahun lamanya. Mencoba mencari nama akun baru tapi ngga dapat ide. Ya sudah, kita menulis lagi di kopitawar ini. Bismillah…

Jadi, saya baru saja mulai membaca buku karya Fumio Sasaki, berjudul Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang. Baru mencapai lembar-lembar awal saya menyeru dalam hati, ‘Ah lagi-lagi, banyak hal yang sangat sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Sebelumnya saya sudah membaca buku karangan Marie Kondo,the Life Changing Magic of Tidying up.

Kebiasaan hidup minimalis yang akan mengubah kehidupan, membuat hidup bahagia, bukan hanya sebuah janji manis atau imajinasi pengarang buku semata. Awalnya, saya sempat berpikir, ini konsep bersyukur dan keberkahan, setelah saya sempat menolak pernyataan-pernyataan Marie Kondo yang terasa mungkin saja berlebihan (masa beberes saja bisa bikin hidup berubah?).

Dalam bukunya, Marie Kondo penggagas konMari yang juga menerapkan bebenah dengan teknik membuang, menyatakan bahwa apabila kita berterima kasih kepada benda-benda, benda-benda tersebut akan memberikan yang terbaik untuk kita. Alih-alih berterima kasih kepada benda, sebagai muslim, saya bersyukur kepada Tuhan, Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan bersyukur, Allah berjanji akan menambahkan nikmatnya. Dan dengannya juga ada keberkahan. Saya tidak akan menulis panjang lebar, karena kurangnya ilmu saya di sini.

Namun setelah saya membaca (baru lembar-lembar awal buku karangan Fumio Sasaki), wawasan saya pun semakin terbuka lebar. Soal ditambahkan nikmat dari konsekuensi bersyukur dan keberkahan yang didapat memang adalah kekuasaan Allah, namun konsekuensi dari bersyukur itu sendiri akan langsung terasa terhadap pikiran dan hati kita. Konsep bahagia dari hidup minimalis adalah konsekuensi logis yang sebagian bisa dijangkau dengan akal kita.

Saya coba membuat poin supaya lebih mudah difahami

  • Dulu, ketika kita berbelanja sering kali kita membeli karena berharap mendapat kebahagiaan, kita merasa barang itu bisa loh bikin gue bahagia, misalnya baju yang bagus, furniture yang cakep.
  • ‌Namun ketika kita melihat yang lebih bagus lagi kita menginginkan yang lain lagi, sering kali kita juga membandingkan barang kita dengan milik orang lain. Ngga cukup membandingkan barang, kita juga membanding diri kita dengan orang lain.
  • Di sini, sudah cukup jelas harta menjadi orientasi kehidupan kita.
  • ‌Faktanya, barang-barang tersebut nggak selalu sesuai harapan kita, contohnya karena kita terlalu sibuk, dan hawa nafsu aja membeli barang, barang-barang tersebut teronggok sia-sia.
  • Atau barang-barang yang kita punya menjadi terlalu banyak. Kita tak pernah merasa puas, karena akan selalu ada yang lebih bagus.
  • ‌Barang-barang tersebut tanpa sadar memenuhi tempat tinggal kita, dan tanpa sadar kita membayarkan biaya penyimpanan benda-benda tersebut (beli rumah atau sewa rumah tidak gratis, loh, termasuk rak penyimpanan) dengan alasan dibuang sayang.
  • Dengan banyaknya barang yang kita punya pasti akan menimbulkan komentar orang-orang. Kita menjadi haus komentar pujian.
  • ‌Begitu terus-menerus yang akan kita lakukan karena orientasi kita kepada gaya hidup duniawi, melihat yang lebih bagus, pengen juga, beli lagi, tidak terpakai, and so on.
  • Kita pusing melihat barang-barang berserakan, sebaliknya barang-barang yang diharapkan menyenangkan kita tanpa disadari membuat hidup kita tidak bersemangat, tidak teratur, dan bisa jadi: berantakan.
  • ‌Waktu habis untuk membereskan barang-barang, dan bebenah sepanjang waktu bukan ide yang bagus kan?
  • ‌Sebaliknya, kita terus membeli barang, karena masih menganggap barang-barang yang baru adalah sumber kebahagiaan, sedangkan yang lama memang sudah kadarluasa. Atau bahkan demi pencitraan semata.
  • ‌Karena membeli barang tidak gratis, kita menjadi bekerja dengan orientasi pemenuhan materi. Kita pun menjadi budak materi.

Lalu bagaimana caranya hidup minimalis dapat membuat kita lebih bahagia?

  • ‌Hidup minimalis berarti kita menyimpan barang seminimal mungkin yang kita sukai dan kita gunakan.
  • Di sini sudah ada poin yang sangat penting, bersyukurlah dengan yang ada, tidak perlu menambah-nambah lagi. Kecuali memang benar-benar butuh atau harus diganti.
  • Dengan begini, kita mencukupkan diri dengan yang ada, kenyataan yang ada tersebut sudah melalui proses seleksi yang ketat yang benar-benar kita butuhkan. Maka kehidupan akan tetap berjalan karena kita menyimpan yang kita butuhkan. Dan kebutuhan kita sebenarnya bisa jadi tidak muluk-muluk, kasur king koil digantikan kasur busa ternyata juga mungkin tak akan kenapa-kenapa.
  • Karena menjadikan kehidupan minimalis sebagai pilihan, kita tidak akan melihat orang lain, tidak membanding-bandingkan dengan orang lain, malah kita lebih sering melihat ke bawah, siapa yang membutuhkan barang-barang yang tidak lagi saya gunakan ini?
  • ‌Waktu kita tidak habis untuk barang-barang yang kita butuhkan lagi dan membereskan terlalu banyak.
  • ‌Kita menjadi fokus terhadap diri kita sendiri, tidak terlalu memikirkan komentar orang lain.
  • Sampai di sini saja kita mungkin sudah berbahagia karena pikiran dan perasaan kita sudah positif.
  • ‌Lebih lanjut lagi, kita dapat menjadi pribadi yang lebih produktif dan sikap positif memberikan rasa bahagia bagi diri sendiri maupun orang lain.
  • ‌Kita bekerja tidak lagi untuk mengejar banyak kebutuhan melainkan yang pokok saja, sehingga pikiran kita juga dapat dicurahkan untuk hal-hal lain seperti hobi, ini juga karena waktu kita tidak habis beberes sepanjang hari.

Dalam bukunya Marie Kondo menceritakan perubahan hidup setelah berbenah adalah seperti sebuah keajaiban. Namun, Fumio Sasaki membuatnya menjadi make sense. Walaupun begitu, saya yakin akan kekuasaan Allah memperbaiki urusan makhlukNya.

Pada akhirnya, walaupun kedua penulis merasa yakin ajaran mereka masing-masing dan merasa perlu menularkan kepercayaan mereka, sebagai muslim saya menyeleksi pemikiran yang sesuai dengan ajaran agama saya. Bukan menngambil mentah-mentah dan memaksakannya sesuai dengan Islam, insyaallah. Salah satunya, keyakinan Marie Kondo kita harus mengajak bicara dan berterima kasih terhadap barang, adalah cara yang salah dalam Islam. Sedangkan Fumio Sasaki mengklaim ajaran minimalis adalah ajaran Zen, bagi saya Islam sudah mengajarkan, dan cukup bagi saya hal tersebut.  Tetapi, keduanya telah berhasil membagikan gaya hidup sederhana dan membuatnya menjadi tren hidup masyarakat di seluruh dunia, dengan izin Allah Ta’ala.

Lalu sebagai muslim, seharusnya membuat kita semakin menyadari kebenaran ajaran Islam, kembali kepada Sunnah Rasulullah. Nah, siapa tahu ini adalah sunnah yang telah kita tinggalkan. Sudah waktunya merubah perilaku, tentunya diniatkan lillaahi Ta’ala. Berani memulai?

 

obrolan

Kenapa Harus Malu Pakai ‘Payung Ojeg’

Kemarin saya lihat seorang Bapak di atas motornya pakai celana plastik melapisi celana panjangnya. Memang akhir-akhir ini sedang hujan (baca: musim hujan).. Allahumma shayyiban nafi’an [1]. Tapi koq saya baru lihat celana seperti itu ya (bukan baru, tapi sepertinya emang jarang). Yang jelas, celana itu melindungi kaki si Bapak. Bukankah kalau motornya kehujanan, celana basah, ngga nyaman, ujung-ujungnya bisa masuk angin.

Jadi ingat jas hujan pemberian orang tua saya waktu SMP. Jas hujan dengan penutup kepala itu bisa menutupi dari atas sampai bawah, tentunya akan sangat berguna bagi saya yang berangkat ke sekolah dengan sepeda plus jalan kaki di kala sedang hujan. Tapi, sayangnya jas hujan itu mungkin hanya saya pakai satu dua kali. Ngga ada teman-teman yang pakai jaket seperti saya apalagi dengan warna soft pink yang cantik, sehingga sempat diketawain teman, dan saya pun malu memakainya.

Lanjutkan membaca “Kenapa Harus Malu Pakai ‘Payung Ojeg’”

ramadhan · software

1429 Ramadan Countdown

Beberapa hari yang lalu sempet iseng bikin program untuk menghitung sisa waktu Ramadhan. Tapi sayang g bisa dipake di WP ataupun FS, karena mereka ga support iframe. Yah.. sedih juga. Tapi lumayan setiap mau coding jalanin dlu program ini di localhost..jadi inget sisa waktu Ramadhan. Btw, ternyata bisa dipasang di blogspot. Sayangnya blog saya sekarang ini ya WP (yah ada kelebihan dan kekurangannya).

Script utamanya di http://umam.web.id/ramadhan/tampil.php

(dipindah)

Kembali ke KP.

menuntut ilmu

Merindukan Ta’lim di MUI

MUI
MUI

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” [1] Lanjutkan membaca “Merindukan Ta’lim di MUI”